TUTORIAL MEMBUAT POS SATPAM

8:06 AM



  1.         Buka aplikasi SketchUp.




      2. Atur satuan ukuran. Ubah satuan dari inchi menjadi cm. Dengan cara: klik toolbar window, lalu pilih model info lalu klik, setelah itu ubah format dari architectural ke decimal dan kemudia ubah satuan menjadi cm. 




     3. Mulai membuat bagian awal dari pos satpam. Buat persegi sebagai luas tanah yang akan digunakan menggunakan tool Rectangle. Ukuran 900cmx1200cm




    4. Mulai membuat sekat-sekat ruangan dan luas pos satpam secara keseluruhan mengunakan tool Line.


     5. Setelah selesai penyekatan, bisa mulai dibuat dinding-dinding bangunan menggunakan tool Push/Pull.


    6. Buat dinding secara keseluruhan.





     7. Setelah semua dinding jadi. Mulai buat ornament eksterior dengan menggunakan tool Line dan dibantu dengan Tape Measure Tool.



     8. Buat atap dengan menggunakan tool yang sama.




     9. Setelah semua bagian lengkap, bias dimulai proses pewarnaan.
Dengan cara klik Paint Bucket Tool lalu pilih warna, contoh material genteng, maka pilih Roofing di kolom material.



     10. Untuk warna yang lain seperti warna tembok, kaca, dan rumput dapat di pilih di kolom material.



     11. Setelah seluruh pewarnaan selesai. Kita bias mulai memasang komponen seperti pintu, jendela dan juga ventilasi. Caranya dengan  mengetikkan komponen yang kita perlukan pada kolom component. Dapat dilihat pada bagian kanan.



     12. Cara menampilkan kolom component dengan cara klik window lalu klik Default Tray dan klik component hingga terdapat tanda ceklis disebelah tulisan component itu sendiri.



    13. Pemasangan komponen.



    14. Desain pos satpam telah selesai.






     15. Diberi penambahan bayangan/shadow dengan cara klik view pada toolbar lalu klik shadow dan atur posisi bayangan yang di inginkan.







THE WORKS

7:31 AM

Komposisi Titik



Komposisi Garis



Komposisi Bidang



Gempal Jamak



Komposisi Bidang Warna



Gempal Tunggal Warna



ACUAN DESAIN

8:03 AM


  1. Nakula House

         Karya Arsitek Halim Agung dan Ruben Hardjanto yang memiliki Biro Kontraktor Bangun Prima Dimensi ini terkesan sangat tropikal, natural dan modern. Yang menjadi dasar dalam mendesign adalah ruangan yang mengalir dengan memasukkan ruang luar menjadi ruang dalam sehingga dengan ukuran masing-masing ruangan yang dipadatkan (dengan bukaan yang besar) masing-masing ruangan tersebut tetap bisa merasakan kesinambungan dengan ruang luar.

 sumber : google image


      2. Tjipta House
          Seorang Arsitek Gerard Tambunan dari Wahana Architects pada rumah seluas 450 meter persegi yang berlokasi di Modern Land ini. Dibangun oleh Biro Kontraktor Dimigo Pratama, prinsip yang dipegang sang arsitek pada rumah yang dinamakan Tjipta House ini adalah membuat rumah baru dengan penambahan fungsi ruang baru dari rumah lamanya. Bentuk sederhana namun cukup mewakili semua aktivitas sehari-hari seluruh keluarga merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh pemilik rumah. Latar belakang konsep adalah penyesuaian karakter pemilik yang sederhana dengan mengimplementasikan arsitektural yang dieksplor secara sederhana pula. 

  sumber : google image


3. Lavender House
    Seperti yang terpampang pada sebuah rumah tinggal besutan Arsitek Djoni Salim dan Yerianto Imaryanto, serta Biro Kontraktor Dimigo Desain yang berlokasi di Alam Sutera ini. Pemilik rumah ini menginginkan elemen-elemen natural dapat diaplikasikan di dalam rumahnya. Bangunan rumah tinggal dengan luas tanah 450 meter persegi ini berada di kavling sudut. Ketertarikan pemilik rumah terhadap rumah tropis yang dekat dengan alam tercermin pada keberadaan pepohonan yang dipertahankan di samping bangunan. Menjadi salah satu elemen yang memperkuat konsep desain tropis tersebut.

 sumber : google image

Budi Pradono, Arsitek Berwawasan Lingkungan

7:48 AM



Budi Pradono, Lahir tanggal 15 Maret 1970 di Salatiga. 1995 Menyelesaikan studinya di jurusan arsitek, Universitas Duta Wacana Christian, Jogjakarta.1995-1996 Bekerja di Beverley Garlick Architects PTY. LTD. Sydney- Australia. 1996-1999 Bekerja di PT. International Design Consultants (IDC), Jakarta – San Francisco. 1999-sekarang Bekerja di Budi Pradono Architects, Jakarta. 2002 Menyelesaikan gelar master di Berlage Institute, Rotterdam, Netherlands. 2000-2002 sebagai project architect pada Kengo Kuma & Associates, Tokyo-Japan.
Konsep ‘green architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka hadapi. Salah satunya konsep 'green' oleh Budi Pradono, seorang arsitek yang sudah dikenal di mancanegara dengan berbagai award internasional yang sudah diraihnya.

Saat menjelaskan tentang green design, Budi Pradono menggunakan contoh-contoh dari desain yang ia hasilkan, baik yang menurutnya ‘green’ atau ‘tidak green’. Profesi arsitek dewasa ini menuntut kita untuk melihat ‘green’ sebagai kesatuan dalam desain bangunan, dimana sekarang ini banyak award khusus diberikan pada bangunan yang ‘green’ dengan berbagai kriteria.

‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Ukuran 'green' ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju terdapat award, pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong 'green'.

Profesi arsitek saat ini sedang mengalami tekanan yang kuat untuk melakukan perubahan besar dalam metode merancang dan juga melakukan absorbsi teknologi yang cepat agar dapat menghasilkan rancangan yang kontemporer yang berorientasi pada Arsitektur Hijau (green architecture), yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan. Saat ini Best Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek dalam mengantisipasi pemanasan global, penghematan energy, dan pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggung-jawab. (Budi Pradono)

Yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendesain sebuah bangunan yang 'green' sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja bangunan memiliki fasilitas yang mendukung konsep green, namun ternyata secara estetika terlihat kurang menarik. Dalam hal ini, peran arsitek menjadi penting. Standar bangunan yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana, karena fasilitas yang dibeli agar bangunan menjadi 'green' tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic (sel surya pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi 'green' biasanya tidak murah.

Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui, passive-active solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya.


Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.

Arsitektur hijau tentunya lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman lebih banyak di sebuah bangunan, tapi juga lebih luas dari itu, misalnya memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya.


Budi Pradono menjelaskan tentang konsep 'green' dalam rancangannya melalui contoh, misalnya pada rancangan Bloomberg Office, dimana diterapkan desain yang mendukung pencahayaan alami dapat bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang dapat mendeteksi cahaya alami untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan, yang merupakan salah satu contoh efisiensi pencahayaan.

Pada 'K-house' yang dirancangnya untuk rumah mungil dengan 3 orang penghuni dan 5 ekor anjing, konsep arsitektur hijau diterapkan pada rancangan desain yang dibuat agar anjing-anjing tidak mudah lepas dan mengganggu tetangganya. Rumah ini mengetengahkan konsep rumah 'kandang' dengan jeruji-jeruji besinya, yang didesain dengan artistik sehingga menghilangkan kesan kandang dan menimbulkan artikulasi arsitektur baru dengan estetika yang unik.


Ahmett Salina Studio di Jakarta Selatan adalah salah satu rancangan dimana open space ditambahkan agar ruang hijau didepan bangunan lebih luas dan dapat digunakan bersama dengan tetangga-tetangganya. Rumah ini juga 'menggunakan dinding tetangga' untuk penghematan resource, serta memanfaatkan elemen bambu untuk secondary skin yang dapat menetralisir panas matahari.

AA house di Cipinang, Jakarta Timur dikonsep dengan keleluasaan ruang-ruang untuk saling overlap satu sama lainnya. Ruang tamu dan musholla dapat dibuka dan mencairkan ruang lebih luas. Roof garden dibuat pada tiap lantai hingga atapnya.

Dari konsep-konsep desain tersebut, terdapat upaya Budi Pradono untuk menghadirkan 'green design' dalam rancangan arsitekturnya, dimana letak 'green' pada tiap bangunan bisa berbeda sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada

Pendidikan dan karir    :
  •              1995              Lulusan Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
  •              1995 – 1999  Bekerja di Biro Arsitek Beverley Garlick Architects, Sydney
  •              1996 – 1999  Bekerja di Konsultan Desain Internasional
  •              1999              Mendirikan Biro Arsitek Budi Pradono
  •              1999 – 2000  Mengajar di Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia, Jakarta
  •              2000 – 2002  Bekerja di Kengo Kuma & Associates, Tokyo
  •              2002 – 2003  Menyelesaikan program Pasca Sarjana di Berlage Institute,                                           Laboratory of Architecture, Rotterdam


Penghargaan       :
  •            1993 Meraih Juara kedua untuk Dani Tropy in the National Student Architecture Competition. “Conservation Of The Dani tribe settlement”, Irian Jaya, Indonesia
  •           1993 Pemenang hadiah utama dari National Architectural Design Competition for the Loji Kecil Area of Yogyakarta
  •            2000 Penghargaan sebagai Arsitek Muda Berbakat dalam The Bunka Cho fellowship (Japan Architecture Institute)
  •           2000 Finalis The “City for All “Desain Kota Dirgantara – Halim, Jakarta
  •           2004 Pemenang Proyek Leisure Future Project, City Scape Architectural Review Award Dubai for Restaurant at Jimbaran, Bali
  •           2004 Pemenang Proyek komersial, City Scape Architectural Review Award Dubai for Tetaring Kayumanis Restaurant Nusa Dua, Bali
  •           2005 Meraih Juara ketiga One Stop Shopping Gallery Jakarta Kota, Architectonia Indonesia Design Magazine
  •           200 Honourable mention, Penghargaan AR

Popular Posts